Online
                Offline

Mengkudu: Fakta Ilmiah & Empiris



JULUKAN SI BURUK RUPA DAN AROMA TAK SEDAP MELEKAT PADA MENGKUDU. NAMUN, BUAH ITU SECARA EMPIRIS DAN ILMIAH TERBUKTI SAHIH MENGATASI DIABETES MELLITUS, HIPERTENSI, LUPUS, JANTUNG KORONER, KANKER SERVIKS, DAN PENYAKIT MEMATIKAN LAIN.

Bulatan merah muda berdiameter 2 cm di lengan kanan menjadi sinyal maut bagi Ruthia Magdalena. Dalam 3 hari bulatan menyebar ke telapak kaki, betis, paha, dan tangan. Bila bulatan tersentuh sedikit saja, Ruthia merasa nyeri bukan main. Pada saat bersamaan perempuan 21 tahun itu sariawan di mulut dan-maaf-vagina. Dokter menganalisis hasil tes darah, memeriksa intensif, lalu mendiagnosis Ruthia positif lupus erythematosus.

Sayang, bukti rekam medis Ruthia Magdalena digunakan untuk mengklaim asuransi. Data antidouble stranded DNA-kadar normal 200 IU/ml-pun ia lupa. Indikasi penyakit lupus lain adalah antinuclear AB positif dan laju endap darah lebih dari 15 mm/jam. Terhadap diagnosis itu Ruthia sangat terpukul. Harap mafhum, ia baru saja tamat kuliah dan sebulan bekerja. Bulatan merah muda itu merenggut kebahagiaannya.

Apalagi penyakit yang ditemukan pada 1851 itu belum dapat disembuhkan. 'Nanti Ruthia minum obat dalam jangka panjang ya. Penyakit ini tak dapat disembuhkan, tapi dapat dikendalikan,' kata dokter sebagaimana ditirukan Ruthia.
Menyebar

Untuk mengatasi srigala merah (bahasa Yunani: lupus = srigala, erythematosus = merah) ia mengkonsumsi 3 jenis obat. Salah satu di antaranya adalah steroid. Dua bulan berselang, rambutnya rontok sehingga ia menghentikan konsumsi obat-obatan. Celakanya bulatan merah muda kian menyebar. Sariawan bernanah juga tak kunjung sembuh. Berkemih saat paling menyakitkan karena terasa sangat perih.

Pada 1 Desember 2006-persis 6 bulan setelah diagnosis lupus-Ruthia mengkonsumsi 30 ml jus buah mengkudu setiap 2 jam. Minum pertama pada pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 21.00. Efek pertama yang dirasakan adalah hilang insomnia alias gangguan sulit tidur.

Perubahan lain, sariawan bernanah di mulut dan kelamin juga kering tanpa bekas pada hari ke-4. Ia terus mengkonsumsi jus buah kerabat kopi itu. Dosisnya tetap: 30 ml, tetapi per 3 jam sekali. Pada hari ke-28, bulatan merah muda hilang sama sekali. Moonface alias berwajah bulat seperti rembulan, salah satu ciri penderita lupus, juga menghilang. Ia memang belum memeriksakan diri ke dokter. Namun, hingga wawancara berlangsung pada 28 Juli 2009 ia tak pernah merasakan gejala serangan lupus. Artinya, sudah 2 tahun sejak konsumsi jus mengkudu, ruam merah di permukaan kulit, nyeri sendi, moonface, dan sariawan hilang sama sekali.

Kisah Zuraidah di Cibinong, Jawa Barat, yang menderita hipertensi lain lagi. Tekanan darah perempuan 53 tahun itu menjulang: 190/90 mmHg-tekanan normal 120/90 mmHg. Empat tahun lamanya ia menghadapi hipertensi. Jika kambuh, 'Tegang di leher, saya pusing sekali,' kata Zuraidah.

Pada awal 2008, ia mengkonsumsi jus mengkudu pemberian kerabatnya. Dosisnya 30 ml 3 kali sehari. Dua bulan rutin mengkonsumsi jus mengkudu, tekanan darah Zuraidah kembali normal. Hasil pengecekan terakhir pada Agustus 2009, tekanan darah Zuraidah 120/90 mmHg.
Jenis sama

Zuraidah dan Ruthia Magdalena memiliki persamaan: terbebas dari penyakit maut setelah mengkonsumsi jus mengkudu. Mereka hingga kini juga tetap minum olahan buah mengkudu untuk menjaga kesehatan. Perbedaannya adalah Ruthia mengkonsumsi jus noni dari Polinesia Perancis, Pasifik Selatan. Sejak 2 tahun silam, ekstrak mengkudu dari mancanegara itu beredar di Indonesia. Sedangkan Zuraidah mengkonsumsi mengkudu lokal dari Pulau Jawa. Namun, spesies keduanya-mengkudu dari Polinesia dan Jawa-sama, yakni Morinda citrifolia. Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo, guru besar Farmasi Universitas Indonesia, jenis senyawa aktif mengkudu dari Polinesia dan Indonesia sama karena berasal dari spesies yang sama. Seandainya mutu salah satu jus mengkudu itu lebih tinggi, karena cara olah yang berbeda. Itu persis pendapat Endjo Djuhariya, periset mengkudu di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), di Bogor, Jawa Barat.

Yang pasti 2 tahun terakhir olahan mengkudu banyak membantu proses penyembuhan pasien beragam penyakit. Komoditas itu sebetulnya bukan herbal baru lantaran pernah tren pada awal 2003. Jika kini pasien ramai menggunakan buah anggota famili Rubiaceae itu, lantaran banyak pasien setelah konsumsi mengkudu kondisinya kian membaik. .

Herbal warisan nenek moyang itu digunakan secara turun-temurun-lebih dari 3 generasi seperti syarat WHO-untuk mengatasi beragam penyakit. Artinya, dari sisi toksisitas, mengkudu sangat aman dikonsumsi. Prof Dr Elin Yulinah Sukandar dan Rini Hendriani MSi, masing-masing guru besar Institut Teknologi Bandung dan dosen Farmasi Universitas Padjadjaran, membuktikan secara sahih. Mereka menguji toksisitas dengan dosis berjenjang dari 50-1.000 mg pada hewan uji selama 14 hari.

Dalam uji itu mereka mengamati hati, ginjal, limpa, jantung, paru-paru, kelenjar adrenal, dan pankreas. Selain itu, otak, testis dan vesika seminalis (bagi tikus jantan), uterus dan ovarium (tikus betina), serta lambung tak luput dari pengamatan. 'Pada hasil pengamatan tidak menunjukkan adanya kelainan organ secara makroskopis dan tidak ditemukan adanya tukak lambung di hewan uji,' kata Rini.

Bahkan, kelompok mencit yang diberi 50 mg ekstrak mengkudu-setara 555 mg atau 37 sendok makan pada manusia berbobot 70 kg-terjadi peningkatan jumlah sel kupffer di hati. Sel kupffer merupakan penapis yang efektif. Ketika darah mengalir melalui liver, kupffer membersihkannya dari bahan toksik, bakteri, dan virus yang membahayakan kesehatan tubuh. Selain itu pemberian ekstrak mengkudu juga melebarkan pulpa putih di limpa. Pulpa putih mampu meregenerasi sel-sel darah.

Namun, pada dosis tinggi-pada riset itu khusus dosis 1.000 mg-mengkudu diberi tambahan ekstrak jahe. Sebab, pada riset sebelumnya paduan mengkudu jahe terbukti antituberkulosis. Dosis 1.000 mg-bila dikonversi ke manusia berbobot 70 kg setara 11.100 mg atau 740 sendok makan-mengkudu menyebabkan degenerasi hati.
Diabetes tipe 2

Membuktikan kemujaraban kerabat bunga nusaindah Mussaenda philippica itu. Pada 2-3 tahun terakhir, banyak lembaga meriset mengkudu. Aguslina Kirtishanti MKes Apt, peneliti Jurusan Farmasi Universitas Surabaya, membuktikan mengkudu manjur mengatasi diabetes mellitus tipe 2. Pada kasus itu terjadi penurunan sensitivitas jaringan seperti otot dan hati merespon insulin. Lebih dari 90% penderita diabetes mellitus tidak tergantung insulin atau diabetes mellitus tipe 2.

Bukan hanya pada diabetes mellitus tipe 2, mengkudu juga terbukti membantu penyembuhan diabetes tipe 1 seperti hasil riset I Ketut Adnyana PhD dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Adnyana memberikan ekstrak mengkudu berdosis 500 mg per kg bobot tubuh mencit. Uji glukosa pada tikus menunjukkan penurunan kadar glukosa serum. Pada hari ke-4 pascapemberian, kadar glukosa turun 62,1%.

Riset kedua peneliti itu sejalan dengan pengalaman Martiyah. Perempuan 53 tahun itu ingin bunuh diri lantaran 11 tahun mengidap diabetes tak kunjung sembuh. Kadar gula darahnya 600 mg/dl. Pada September 2008, warga Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, itu mengkonsumi 30 ml jus mengkudu 3 kali sehari. Hanya dalam 3 pekan kadar gula darahnya kembali normal. Pengecekan terakhir pada 10 Agustus 2009, kadar gula Martiyah 130 mg/dl.

Dokter Djoko Maryono alumnus Universitas Airlangga, mengatakan mengkudu membantu proses penyembuhan pasien diabetes mellitus dengan 3 jalan. Kerabat kopi itu meningkatkan sekresi insulin pada pankreas, penyerapan glukosa pada jaringan, dan mereduksi penyerapan glukosa pada dinding usus. Itu lantaran mengkudu mengandung senyawa aktif quercetin dan xeronine yang mampu menembus sel.
Skopoletin

Riset lain dilakukan oleh Dra Sriningsih Apt MSi, peneliti Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Apoteker alumnus Institut Teknologi Bandung itu menguji praklinis mengkudu pada tikus pengidap hipertensi akibat konsumsi natrium klorida 2,5%. Kelompok yang diberi 3,6 ml dan 1,8 ml menunjukkan tekanan darah turun masing-masing menjadi 55 dan 64 mmHg pada hari ke-5.

Hasil itu relevan dengan uji klinis oleh PT Tahitian Noni International. Periset memberikan dosis 15 ml per 50 kg bobot tubuh 2 kali sehari. Hasilnya, tekanan darah pasien cenderung turun. Semula tekanan darah 170/110 mmHg, menjadi 124/86 mmHg pada hari ke-8 dan 115/80 mmHg (hari ke-12). Turunnya tekanan darah pada uji ilmiah itu persis yang dialami Fatimah di Kotamadya Bogor, Jawa Barat.

Itu berkat senyawa skopoletin dalam buah mengkudu. Senyawa aktif itu berperan mengikat skrotonin, pemicu penyempitan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. 'Ekstrak buah mengkudu dapat menurunkan tekanan darah yang meninggi sampai relatif normal kembali,' kata Sriningsih.
Awas polutan

Endjo Djuhariya, periset Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, mengatakan pohon mengkudu penyerap polutan yang andal. Celakanya polutan seperti logam berat itu juga terserap buah. Oleh karena itu jika hendak mengolah, pilihlah buah dari pohon yang jauh dari sumber polutan dan tumbuh alamiah.

Dalam 2 tahun terakhir, olahan mengkudu cepat terserap pasar. Omzet Philipus P Soekirno, produsen olahan mengkudu di Tanjungduren, Jakarta Barat, 2 tahun lalu baru Rp20-juta sebulan. Kini? Melonjak Rp200-juta per bulan. Ia mengolah mengkudu dan mengemas dalam botol 70 ml, 150 ml, dan 550 ml.

Produsen lain CV Morinda House di Bogor, Jawa Barat, juga menikmati berkah mengkudu. Produksi perusahaan yang berdiri pada 2000 itu hanya 500 liter, kini menjadi 2.000 liter per bulan. Sementara permintaan pada PT Trias Sukses Dinamika naik 20%.

Itu indikasi bahwa pasar menerima mengkudu yang berkhasiat obat. Menurut dr Arijanto Jonosewojo SpPD dari Universitas Airlangga, mengkudu layak dikembangkan sebagai obat karena mudah diperoleh dan terbukti berkhasiat. Si buruk rupa yang acap dipandang sebelah mata itu justru baik bagi kesehatan sebagaimana terbukti secara ilmiah.
Source : http://www.trubus-online.co.id/

 

 

 

         
           Javavera
           Redjava
           Redpapua

            Mengkudu : Fakta               Ilmiah & Emperis

 

          Javaherbs.com